Add your promotional text...
Media Monitoring : Kembali ke Titik Awal Sejarah Keilmuannya
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sampai ke titik di mana proses komunikasi antarmanusia lebih banyak berada di ruang digital. Sebagai obyek penelitian, metode ilmiah untuk mendekatinya niscaya ikut berubah termasuk analisis teks. Dari analisis isi (kini bisa disebut konvensional) menjadi analisis isi komputasional.
SERI MEDIA MONITORING
Sugihandari
10/6/20242 min baca


Monitoring media atau lebih terkenal dalam versi bahasa asing-nya yaitu media monitoring menjadi riset yang sangat populer dalam beberapa dekade terakhir. Saya coba masukkan kata kunci "media monitoring" ke dalam mesin pencari dan "boom"!, hasilnya mencapai 4,14 miliar item temuan. Temuan di halaman awal menunjukkan perkembangan termutakhir istilah ini ada di ranah industri, baik sebagai bisnis maupun produk, dan penelitian akademik.
Sebagai metode untuk mendukung layanan konsultansi, media monitoring makin tidak terpisahkan dari kerja perusahaan marketing research, public relations dan konsultan komunikasi serta tak ketinggalan konsultan politik. Sebagai metode penelitian, media monitoring pada era digital ini mendapatkan kolam bermain yang semakin menarik.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang diakselerasi dengan kecerdasan buatan (artificial intellegence) yang memungkinkan kreativitas (hampir) tanpa batas dari mesin pembelajar (machine learning) dan algoritma. Kondisi ini lah yang makin menyuburkan perkembangan media monitoring termasuk turunannya di area media sosial.
Baik. Saya rasa cukup untuk merangkum perkembangan terbaru media monitoring. Selanjutnya saya ajak Anda untuk menengok ke belakang, jauh ke belakang di mana metode penelitian ini bermula. Oya, pasti Anda sudah tahu, ya, kalau media monitoring sebagai metode penelitian pada dasarnya menggunakan metode yang dalam ilmu komunikasi disebut analisis isi (content analysis).
Mengutip dari buku Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Eriyanto, 2011), abad ke-18 menjadi tonggak awal penggunaan analisis isi menurut pelacakan Krippendorff. Konteks peristiwanya berpusat pada buku berjudul Nyanyian Zion (Song of Zion) yang berisi 90 himne dan sangat populer di Swedia abad ke-18 itu.
Buku yang sudah lolos sensor negara tersebut ternyata memunculkan kontroversi di kalangan gereja ortodoks Swedia yang mengkhawatirkan adanya nyanyian-nyanyian yang menyimpang dari ajaran agama. Untuk mengujinya, Gereja mengumpulkan para sarjana untuk menyelenggarakan penelitian. Simbol agama yang ada dalam buku Nyanyian Zion dibandingkan dengan yang ada di buku nyanyian resmi dari Gereja. Analisis dilakukan dengan menguraikan isi, membuat kategorisasi, dan menghitung karakteristik isi. Perhatikan prosedurnya, ya.
Nah, baru pada tahun 1928 analisis isi menjadi metode penelitian ilmiah. The Payne Fund melakukan studi tentang dampak film pada khalayak. Selain analisis isi, penelitian juga memakai metode eksperimen, survei, dan studi kasus. Khusus untuk analisis isi, obyek yang dikaji adalah 1.500 buah film yang tayang pada tahun 1920, 1925, dan 1930. Semua film tersebut dianalisis untuk memetakan tema yang diangkat dalam film yang beredar di bioskop masa itu. Perhatikan, skala obyek penelitiannya.
Tonggak penting lainnya adalah legenda dalam ilmu komunikasi yaitu studi Harold Laswell dalam konteks peristiwa Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Pada tahun 1930-an sampai 1940-an, Laswell dan timnya melakukan studi tentang propaganda politik. Analisis isi digunakan untuk menemukan teknik propaganda dan aktivitas komunikasi NAZI melalui dokumen, tulisan, dan pamflet mereka. Perhatikan tujuan dan bidang studinya, ya.
Pada tahun 1960-an, komputer mulai dilibatkan dalam penelitian analisis isi. Pusat Studi Universitas Harvard membuat proyek studi perilaku komunikasi manusia dengan metode analisis teks komputer terhadap pesan tertulis. Bagaimana caranya? Dibuatlah program komputer untuk mengkategorisasi bahasa. Program ini mampu memuat ribuan kosakata dengan ratusan lingkup dan fleksibel dengan penambahan kosakata. Coding.
Media menjadi obyek penelitian analisis isi yang strategis dalam studi Benoit, Stein, dan Hansen pada tahun 2005. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana surat kabar New York Times (NYT) memberitakan Pemilu Presiden Amerika. Analisis isi digunakan untuk menjawab apakah NYT memberitakan horce race, karakter kandidat, kebijakan, skandal, atau informasi pemilih. Perhatikan relasi antara pemberitaan, media, dan analisis isi di sini.
Pada era yang sama, yaitu tahun 2000-an, analisis isi berkembang seiring teknologi digital. Pengolahan big data dengan machine learning mampu menyajikan data temuan tentang topik yang sedang tren (trending topic), sentimen, perilaku, dll. Dan, terjadilah apa yang saya gambarkan di awal tulisan. Kini, metode analisis isi yang sebelumnya dikenal di kalangan peneliti ilmu komunikasi berkembang menjadi analisis isi komputasional. Mari belajar lagi!
#SGH data-driven solution